Rendy is now in a relationship with Diandra.
Sebuah kalimat singkat itu dalam sekejap mampu membuatku terpaku di depan laptopku. Unbelievable. Is it true? Or have I imagine something not real here?
Ingatanku membawaku kembali ke masa itu. Masa dimana hanya ada namamu di otakku.
***
"Segera setelah semua urusan di sini selesai, aku akan kembali. Kembali untukmu. Untuk kita," ucapmu di telepon.
Aku tersenyum ke langit sore di hadapan beranda kamarku.
"Untukku? Untuk kita? Memangnya cerita kita sudah dimulai?" tanyaku, memancingmu.
"Hahaha. Inginku seperti itu. Tapi bagaimana lagi. Kau mana mau melakukan ritual itu via telepon begini?" Kamu berkata seperti itu.
"Aku ingin menatap matamu. Kamu pernah dengar kan kalau mata tidak bisa berbohong?"
"Jadi kamu tidak percaya aku mencintaimu?"
Aku tersenyum.
"Aku percaya."
"Maka tunggulah aku."
"Selalu."
***
Rendy is now in a relationship with Diandra.
Rendy is now single.
Diandra is now single.
"Diandra?"
Suara kakakku terdengar di belakangku.
"Ayo, pemakamannya mau dimulai."
Aku menangis, entah untuk berapa kali dalam dua hari ini.
Menangisimu.
Your love is a lie, sayang.
Katamu kamu akan kembali untukku.
Katamu kamu kembali untuk memulai cerita kita.
Kamu berbohong, sayang.
Kamu tidak pernah kembali.
Lalu, harus dengan siapa aku memulai cerita ini?
Andai memulai cerita kita semudah membuka facebook-mu dan facebook-ku di saat yang bersamaan, lalu saling mengirim permintaan hubungan. Ya, aku se-pathetic itu memang.