Selasa, 16 Oktober 2012

Topik Tugas Akhir

Topik tugas akhir yang saya ingin lakukan adalah optimasi pengiriman pupuk dengan menggunakan inventory routing problem di salah satu perusahaan pupuk di Indonesia. Minggu lalu saya mendapat giliran untuk mempresentasikan topik tugas akhir saya ini ke depa kelas Kapita Selekta Teknik Industri. Menurut dosen saya, topik yang saya miliki sudah cukup bagus. Tidak ada kritik ataupun saran dari teman-teman saya di dalam kelas.

Melihat respon positif dari dosen dan teman-teman membuat saya lebih yakin dengan topik tugas akhir saya. Mungkin nantinya yang saya lakukan adalah membaca tugas-tugas akhir ataupun jurnal yang berkenaan dengan inventory routing problem. Memperdalam pengetahuan saya mengenai inventory routing problem, seperti: tools apa saja digunakan, batasan dan asumsi permasalahan yang saya amati nantinya, dll.

Semoga niat yang baik memberikan hasil yang balik pula. ^^

Senin, 15 Oktober 2012

Literature Review dan Summary

Literature review adalah uraian tentang teori, temuan, dan bahan penelitian lainnya yang diperoleh dari bahan acuan untuk dijadikan landasan kegiatan penelitian untuk menyusun kerangka pemikiran yang jelas dari perumusan masalah yang ingin diteliti. Di sumber yang lain mengatakan, literature review adalah analisa berupa kritik (membangun maupun menjatuhkan) dari penelitian yang sedang dilakukan terhadap topik khusus atau pertanyaan terhadap suatu bagian dari keilmuan. Literature review merupakan cerita ilmiah terhadap suatu permasalahan tertentu.

Literature review berisi ulasan, rangkuman, dan pemikiran penulis tentang beberapa sumber pustaka (artikel, buku, slide, informasi dari internet, dll) tentang topik yang dibahas. Literature review yang baik harus bersifat relevan, mutakhir, dan memadai. Landasan teori, tinjauan teori, dan tinjauan pustaka merupakan beberapa cara untuk melakukan literature review.

Tujuan dari literature review antara lain:
1. Membentuk sebuah kerangka teoritis untuk topik/bidang penelitian
2. Menjelaskan definisi, kata kunci, dan terminologi
3. Menentukan studi, model, studi kasus, dll, yang mendukung topik
4. Menentukan lingkup penelitian (topik penelitian)

Tiga point utama dari literature review:
1. Katakan APA yang dikatakan oleh penelitian (teori)
2. Katakan BAGAIMANA penelitian dilakukan (metodologi)
3. Katakan APA YANG HILANG/KURANG, yaitu gap (celah) yang ingin diisi oleh penelitianmu.

Langkah-langkah melakukan literature review yang baik adalah:

1. Membaca tulisan-tulisan ilmiah terkait
Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam membaca tulisan yaitu: skimming, paragraph statement, dan document statement.

2. Mengevaluasi tulisan-tulisan ilmiah yang telah dibaca.  
Otoritas peneliti yang menulis penelitian tersebut harus selalu dicek. Jangan mudah percaya bahwa informasi yang kamu dapat merupakan informasi yang valid. Baca lebih dari satu sumber tulisan supaya kamu dapat mengetahui apakah tulisan-tulisan ilmiah tersebut benar atau tidak. Jika benar, pastilah isinya tidak jauh beda dengan tulisan yang lain.
Evaluasi dapat berupa evaluasi data. Lihat kontribusi dan hubungannya terhadap penelitian. Sumber data yang tepat dapat sangat dibutuhkan untuk mendukung penelitian. Data dapat bersifat kualitatif, kuantitatif, maupun gabungan dari keduanya. 

3. Membuat summary publikasi-publikasi tersebut

4. Gabungkan menjadi satu cerita ilmiah yang lengkap mengenai suatu permasalahan (membuat analisis).

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa literature review berbeda dengan summary. Saat melakukan literature review, kita pasti membuat summary. Tapi tak semua orang yang membuat summary, sedang melakukan literature review.
Summary merupakan catatan-catatan penting dari apa yang kita baca. Summary tersebut kita gunakan untuk mengidentifikasi hubungan dan keterkaitan antar tulisan dengan membuat analisa dan lalu kemudian kita interpretasikan.

Pada intinya, melakukan literature review adalah kita mencari kesamaan dan ketidaksamaan, memberikan pandangan, membandingkan, dan meringkas sumber-sumber pustaka yang kita dapat.

Senin, 24 September 2012

Pertemuan ke-3 Kapita Selekta Teknik Industri

Pertemuan ke-3 KapSel pada 18 September 2012 membahas mengenai jenis research dan research process.

Menurut buku Business Research karya Jill Husey dan Roger Husey, jenis research ada 4:

1. Exploratory, descriptive, analytical or predictive research
2. Quantitative or qualitative research
3. Deductive or inductive research
4. Applied or basic research

Research proses terdiri dari:
1. Identify research topic
2. Define research problem
3. Determine how to conduct research
4. Collect research data
5. Analyze and interpret research data
6. Write dissertation/thesis

Selanjutnya, di dalam kelas, Pak Imam menjelaskan mengenai dealing with practical issues. Masih di buku yang sama, cara-cara yang dilakukan untuk dapat dealing with practical issues adalah:

1. Course requirements
2. Choosing an academic institution and a supervisor (yang sesuai dengan research interest)
3. Sources of funds
4. Negotiating access to companies
5. Ethics
6. Managing the research

Pak Imam menambahkan beberapa cara untuk dapat bekerja sama dengan supervisor/pembimbing Tugas Akhir kita:

1. Bertemu secara rutin
2. Membawa note atau catatan kecil bila bertemu pembimbing. Catat segala saran dan kritik dari pembimbing sehingga dapat dengan mudah melakukan revisi. Sebelum bertemu pun sebaiknya menulis apa saja yang akan dibicarakan dengan pembimbing.
3. Bawa apa saja untuk dibaca. Progress apapun. Misal, kita ingin mengajukan topik Tugas Akhir ke pembimbing. Sebaiknya tuangkan idemu itu ke dalam tulisan, meski hanya sekedar tulisan dan gambar yang masih belum rapi. Setidaknya nantinya pembimbingmu akan tahu dimana letak kesalahanmu dan seperti apa cara berpikirmu.

Untuk mahasiswa/i tingkat akhir, sebaiknya mulai dari sekarang menerapkan yang namanya personal timetable. Membuat daftar kegiatan apa saja yang harus dilakukan tiap harinya. Mengerjakan Tugas Akhir juga bukan berarti kita harus mengurung diri di kamar dan berhadapan dengan laptop sepanjang waktu. Keep your social life stay on. Namun yang harus digarisbawahi, kata Pak Imam, bukan di Social Media. Namun sesekali jalan keluar dengan teman atau keluarga (atau pacar :p). Yang terakhir, stay healthy. Saya setuju dengan saran Pak Imam yang terakhir ini. Simpel, tapi kalo gak diterapkan bakal menghambat pengerjaan Tugas Akhirmu.

Pak Imam memberikan beberapa quote (yang saya selalu suka), antara lain:
- Satu musuh terlalu banyak, seribu teman terlalu sedikit
- Keep pushing
- Stay fool and stay hungry (karena sekali kita merasa puas, kita tidak akan pernah belajar lagi)

Di akhir pertemuan, Pak Imam menampilkan video yang berjudul: PROSCATINATION. Jadi, Proscatination adalah suatu kebiasaan menunda-nunda pekerjaan. Jadi misalkan kamu mau menyelesaikan tugas, tapi karena kamarmu kotor, kamu membersihkan kamarmu dulu supaya belajarmu jadi nyaman. Namun setelah bersih-bersih, kamu jadi lapar, akhirnya kamu keluar buat beli makan. Namun karena kekenyangan, akhirnya kamu tidur dan tidak jadi mengerjakan tugas. Seperti itulah yang dinamakan proscatination.
Setuju banget. Saya hampir selalu mengalaminya. Buka laptop, bukannya langsung mengerjakan tugas, malah buka-buka file gak jelas. :(
Semoga ke depannya kebiasaan buruk ini berganti dan menjadi pribadi yang lebih produktif tiap detiknya. Amin :)

Pertemuan ke-2 Kapita Selekta Teknik Industri

Pertemuan ke-2 KapSel pada 11 September 2012 membahas lebih lanjut mengenai research. Dari diskusi kelas, diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Research terbagi menjadi 2, yaitu: problem solving dan investigasi. Investigasi bertujuan untuk find out something new atau tambahan pengetahuan. Investigasi dilakukan secara sistematis dan multidicipline.

2. Tujuan dari research:
- Berkontribusi terhadap ilmu pengetahuan
- Berkontribusi terhadap kehidupan nyata
3. Karakteristik
- Through (lengkap, dalam batasan ruang lingkup, tidak ada yang missing)
- Rigorous (kokoh, tidak terbantahkan)
- Coherent (berkaitan, tidak sembarangan/ngawur)
- Logis
- Sistematis (terencana supaya tahu kapan research akan berakhir) dan metodologis.
Research harus spesifik dan sistematis, dapat dilakukan dengan cara membuat tahapan-tahapan yang harus kita lakukan. Tiap tahapan memiliki Key Performance Indicator (KPI) sehingga kita dapat mengukur sejauh mana usaha yang telah kita lakukan. Misal, data yang kita kumpulkan harus sejumlah 100, namun nyatanya kita masih mendapatkan 90 data. Berarti, masih kurang 10 data yang harus kita kumpulkan.

Kamis, 13 September 2012

Sadgenic | Book Review



Sadgenic karya kak @rahneputri menambah daftar buku favorit saya. Saya jatuh cinta terhadap permainan kata kak @rahneputri sejak di halaman pertama buku ini. Tiap lembarnya terselip candu yang membuat saya enggan untuk berhenti.

Semua kisah cinta ada di buku ini.
Ada kisah cinta yang terpisahkan jarak.
Ada kisah cinta yang sehangat teh yang baru diseduh.
Ada kisah cinta yang sedingin ice cream yang terlalu lama membeku.
Ada kisah cinta yang mengurung diri.
Ada kisah cinta yang malu-malu.
Ada kisah cinta yang bertepuk sebelah tangan.

Itulah mengapa saya seakan terhipnotis saat mulai membaca buku ini. Hati saya hampir selalu berdegup kencang saat membacanya, membenarkan tiap kata kak @rahneputri.

Ada satu judul yang sangat saya suka. Bahkan, saya menulisnya di halaman awal scheduler book saya. Judulnya "Datang". Klise sih kenapa saya suka dengan judul yang ini. Karena saya memang sedang menunggu...menunggu untuk dipertemukan Tuhan di silang garis kehidupan dengan jodoh saya. :3

"Aku bukannya menunggu, aku hanya tahu dalam setiap detiknya selangkah kakimu menujuku." - Rahne Putri

 I give 5 from 5 stars for this book. Very very very recommended. :*

Generasi 3G (Gaul Galau Gombal) | Book Review


Awalnya saya mengira buku Generasi 3G (Gaul Galau Gombal) karya kakak @arievrahman ini merupakan salah satu novel yang mengisahkan anak remaja imut nan unyu seperti saya. Jadi, begitu saya tiba di toko buku, saya segera menelusuri satu per satu judul buku yang ada di rak bagian NOVEL. Hampir 15 menit berlalu dan saya masih belum menemukan buku Generasi 3G ini. Akhirnya, saya tanya ke embak-embak toko buku itu. Si embak-embak itu pun membantu mencarikannya di komputer toko buku tersebut (yang tidak saya gunakan dari awal -___-), dan akhirnya saya tahu kenapa saya gak nemuin buku Generasi 3G selama 15 menit tadi. Saya mencarinya di bagian NOVEL sedangkan buku itu asyik nongkrong di bagian HUMOR. Untung saya gak ngelanjutin nyari di bagian KEDOKTERAN.

Saya gak menyesal membeli buku Generasi 3G ini. Seriusan. Sudah lama sekali rasanya saya enggak membaca buku humor yang bener-bener lucu seperti buku Generasi 3G ini. Saya ulangi lagi. Buku Generasi 3G termasuk buku humor yang bener-bener lucu. Gak modal nama terkenal doang. Baca buku ini sendirian, saya ketawa. Baca buku ini bareng temen, ketawanya udah kayak bikin kayang.

Sesuai dengan judulnya, buku Generasi 3G ini memang bener-bener gaul, bikin galau, dan gombalnya gak nguatin. Yang lagi kekurangan bahan gombalan, bisa deh mengutip gombalan-gombalannya kakak @arievrahman ini.. Jokes-jokes yang ada juga cerdas. Jadi sebenernya, kalo kamu gak punya pengetahuan dari apa yang dibahas oleh @arievrahman ini, kamu gak bakalan ketawa. Saya mengagumi cara @arievrahman menyusun kata demi kata hingga membentuk suatu kalimat yang bikin kita berkata dalam hati, "Bener banget nih. Kenapa gak kepikiran kayak gini dari dulu ya?". Ini bukti kalo kakak penulis satu ini termasuk orang cerdas dan berpengetahuan luas.

So, I give 5 from 5 stars for this book! Very recommended. :3

Selasa, 11 September 2012

Alhamdulillah

I realized that I'm 21 years old. Time flies so fast, isn't it?


Rasanya masih seperti mimpi. Rasanya baru kemarin saya masih mengenakan seragam putih-abu, bersiap berangkat ke sekolah tiap Senin-Sabtu. Rasanya baru kemarin saya berjuang setengah mati untuk ujian masuk universitas. Rasanya baru kemarin saya menjalani SISTEM 2009 dengan teman-teman Argent25. Dan tiba-tiba, voila, saya sudah di tahun ke-4 kuliah.

Banyak pengalaman yang sudah saya alami. Up and down. Saya besyukur atas setiap kesempatan yang Allah berikan kepada saya untuk merasakan pengalaman-pengalaman yang membahagiakan, pula pengalaman-pengalaman yang kurang membahagiakan. Saya tak pernah menyesal atas cobaan yang Allah berikan karena justru cobaan-cobaan itulah yang menjadikan saya seperti sekarang ini, pribadi yang selalu belajar untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Menurut saya, manusia ibarat aktor/aktris tanpa script, hanya Allah yang tahu seperti apa isi script untuk tiap aktor dan aktrisnya. Yang kita lakukan, sebagai manusia, hanyalah menjalani apa yang ada dengan sebaik mungkin. Saya banyak belajar bagaimana menghadapi situasi yang sulit. Come on, Allah tidak akan pernah mungkin memberikan cobaan di luar batas kemampuan umat-Nya. Dan di setiap jalan yang kita ambil, pastilah Allah menyelipkan hikmah yang masih terbungkus rapi, menunggu kita untuk membukanya. 

Alhamdulillah. Alhamdulillah. Alhamdulillah.
Sudah tak terhitung lagi berapa kali saya mengucap syukur selama menulis ini. Egois bila saya masih terus menuntut terlalu banyak ke Allah tanpa menyadari sudah berapa banyak nikmat yang Allah berikan ke hidup saya. Semoga, saya tak pernah lelah mengucap syukur seperti Allah yang tak pernah lelah memberikan nikmatNya ke umatNya. Amin. ;)

Senin, 10 September 2012

PART II : Benarkah Tahap Mencari Data itu Sulit?

"Tahap mencari data adalah tahapan yang paling sulit dalam proses pengerjaan Tugas Akhir"


Saya setuju dengan pernyataan di atas. Namun, mahasiswa/i juga harus dapat dengan baik menterjemahkan permasalahan yang diangkat sebagai topik Tugas Akhir. Apabila problem dapat diterjemahkan dengan baik, maka langkah selanjutnya adalah mengumpulkan data sesuai dengan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan problem tersebut. Jadi menurut saya, menterjemahkan permasalahan dan mencari data adalah dua tahapan awal yang menentukan proses akhir dari pengerjaan Tugas Akhir itu sendiri.

Ada 2 metode pengumpulan data, yaitu metode literature dan interview. Sedangkan data dibagi menjadi dua, yaitu data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang dapat digunakan sebagai perhitungan dalam penyelesaian Tugas Akhir, sedangkan data sekunder merupakan data yang telah ada dan tersusun secara sistematis serta merupakan hasil penelitian atau rangkuman dari dokumen-dokumen perusahaan.

Yang harus dilakukan dalam mengumpulkan data dengan metode literature adalah menentukan terlebih dahulu data yang dibutuhkan, kemudian dimana data tersebut dapat ditemukan, dan mengurus surat perijinan mengambil data bila diperlukan.

Mengumpulkan data dengan metode interview dibutuhkan kemampuan untuk menyusun pertanyaan-pertanyaan yang baik dan dapat dimengerti oleh kalangan yang kita tuju. Kita tidak bisa menggunakan bahasa yang 'tinggi' ke orang-orang yang kurang beruntung. Kuisioner biasanya juga digunakan sebagai alat interview. Guna menghindari kesalahpahaman antara kita dan koresponden, maka kita sebaiknya mendampingi mereka saat mengisi kuisioner. Kita dapat membantu menjelaskan maksud dari pertanyaan kita apabila mereka tidak mengerti. 

Data yang dikumpulkan pun harus divalidasi terlebih dahulu sebelum diolah lebih lanjut. Dan tidak semua jawaban yang kita kumpulkan valid. Terkadang, kita harus bekerja lebih dari sekali untuk mengumpulkan data yang valid. Lebih susah lagi bila data yang harus kita kumpulkan harus membutuhkan tingkat konsentrasi yang tinggi, seperti mencatat waktu kedatangan, mencatat jumlah transaksi, atau mengukur ketinggian suatu daerah.

Saya dapat mengambil kesimpulan, bahwa memang benar adanya tahap pencarian data merupakan yang paling sulit. Namun, semuanya tergantung dari kesungguhan dari kita untuk mendapatkan data yang valid sehingga dapat diolah guna menjawab permasalahan yang dibahas di Tugas Akhir.

Pertemuan Pertama Kapita Selekta Teknik Industri

Pertemuan pertama pada mata kuliah Kapita Selekta Industri digunakan Bapak Imam Baihaqi untuk menjelaskan pada saya dan teman-teman mengenai skills yang dibutuhkan untuk melakukan research. Skills tersebut antara lain:

1. Critical.
Kemampuan berpikir kritis harus diimbangi dengan intensitas membaca. "Sesuatu di-publish untuk dikritisi," kata beliau. Salah satu cara melatih kemampuan berpikir kritis adalah dapat dimulai dengan membaca abstrak laporan-laporan research dan mampu menemukan keyword dari abstrak tersebut.


2. Organized.
Menyusun sebuah laporan research harus dilakukan secara terstruktur. Pertama, menemukan permasalahan yang akan dipecahkan dalam research tersebut. Kemudian mengumpulkan data yang akan dibutuhkan yang selanjutnya akan diolah. Dari pengolahan data tersebut, akan didapatkan suatu hasil yang harapannya dapat menjawab dari tujuan research itu sendiri.
 
3. Writing.
Writing mencakup hal-hal sebagai berikut:
- Ide
- Spelling
- Formatting
- Tanda Baca
Menulis research yang baik adalah mampu menuangkan ide secara tepat dalam bahasa yang mampu dipahami oleh semua orang yang membacanya. Hilangkan kebiasaan berbasa-basi saat menulis laporan agar laporan terlihat tebal. "Tebal tidak selalu baik. Yang penting isinya itu meaningful," kata beliau. Beliau menambahkan, dalam menulis laporan, struktur isi laporan tidak harus selalu sama dengan laporan-laporan research yang telah ada. Contoh laporan-laporan research yang ada bukan 'harga mati' bagi kita untuk menyusun laporan research.
      
4. Integrated.
Saat melakukan research, pasti ada satu mata kuliah yang dominan, yang ilmuna sebagian besar diterapkan dalam research tersebut. Namun, kita juga membutuhkan mata kuliah-mata kuliah yang lain sebagai penunjang. Contohnya, kita mau mengambil Tugas Akhir mengenai Ergonomi. Namun, ilmu Statistik Industri dibutuhkan pula untuk mengumpulkan dan mengolah data.
5. Interpersonal.
Kemampuan berkomunikasi untuk menyampaikan laporan (presentasi), mencari data.
 
6. IT 
IT terbagi menjadi 2, yaitu:
- Productivity (Ms. Office, Word, Power Point, Visio, dll)
- Research (Matlab, SPSS, Arena, dll)

Bapak Imam Baihaqi berharap dengan adanya Mata Kuliah Kapita Selekta Teknik Industri ini, kami selaku mahasiswa/i-nya dapat segera termotivasi untuk menyusun Tugas Akhir mulai sekarang, agar kelak tidak terburu-buru.

Di akhir kelas, Bapak Imam Baihaqi mengabsen kami dengan cara mengambil foto satu per satu dari kami yang ada di kelas. Tak lupa beliau mencatat email yang biasa kami gunakan. Menurut saya, itu merupakan salah satu cara yang cukup baik bagi dosen untuk mengenal mahasiswa dan mahasiswinya. :)

Sabtu, 08 September 2012

Aku Sakit Karenamu, Gigi

"Aw!"

Dengan cepat kutoleh sosok perempuan di sampingku, Gea.

"Kenapa?"

Gea menggeleng.

"Kegigit nih," jawabnya sambil memegangi bibirnya.

"Makanya, kalau makan itu dinikmati, gak usah buru-buru gitu deh," kataku.

Gea hanya tertawa.

"Sama kayak hidup, ya?"

Aku berhenti mengunyah.

"Apa yang sama kayak hidup?" tanyaku, tak mengerti.

"Makan. Katamu, makan harus dinikmati. Sama seperti hidup, yang juga harus dinikmati apapun kondisinya. Seneng, susah. Manis..... dan pahit."

Gea memberi penekanan pada kata terakhir yang terucap dari bibirnya, seraya matanya menerawang jauh ke langit sore.
Aku segera menangkap kemana arah perbincangan ini berbelok.

"Aku masih gak bisa ngelupain kejadian itu. Sekeras apapun aku berjuang, kepingan-kepingan memori itu terus menghantuiku, seakan ingatanku merupakan rumah ternyaman bagi mereka," ucapnya, kemudian menghela nafas. "Aku tersiksa," lanjutnya.

Aku masih ingat bagaimana mantan kekasihnya mengkhianatinya, membagi cintanya dengan perempuan hina itu. Setahun berlalu, dan Gea masih belum bisa melupakannya. Seakan jiwanya tertancap di masa itu, enggan untuk berjalan bersama raganya.

Kupandangi wajah sahabatku satu ini, masih ada sisa-sisa kesedihan di raut wajahnya. Menyembuhkan sisa-sisa itu merupakan bagian yang paling susah bukan?

"Kamu tahu? Andai sakit hatiku ini bisa kutukar-tambah menjadi sakit gigi. Aku cukup pergi ke dokter gigi untuk menyembuhkannya."

"Maka asumsikan sakitmu itu seperti sakit gigi," saranku.

"Aku sakit karenamu, gigi," ucap Gea pelan, kemudian tertawa, memecah hening. Aku hanya bisa tersenyum. Entah, dia menertawakan apa. Ucapannya karna saranku, atau dirinya sendiri yang tak kunjung menyembuhkan hatinya.

weheartit.com

Rabu, 05 September 2012

Tanpamu

Aku belajar darimu harga dari sebuah kepercayaan. Selalu kau katakan berulang-ulang padaku, "Jangan terlalu mudah memberikan kepercayaanmu ke orang lain."
Aku ingat bagaimana derasnya airmataku mengalir, kemudian berlari menghambur ke hangat pelukanmu. "Dia jahat kepadaku," ucapku saat itu. Kau mengusap lembut anak rambutku, menenangkanku. Lalu sebaris kalimat itu kau ucapkan padaku, tertanam hingga ke akar otak terkuatku hingga detik ini.

Aku belajar darimu untuk tidak bergantung kepada siapapun dan apapun. "Lakukan sendiri selama kau masih mampu." Apapun. Aku ingat bagaimana sakitnya kepalaku dan yang kau ucapkan hanyalah, "Buat tidur saja. Jangan sedikit-sedikit minum obat." Atau saat kita memesan dua mangkok berisi bakso dengan uap yang mengepul. "Jangan pakai saos, banyak pewarnanya. Tidak baik untuk kesehatan."
Kau mengajarkanku bagaimana untuk bertahan selama masih ada kekuatan untuk bertahan. Dan kau mengajarkanku bagaimana menjaga apa yang ada dari hal lain yang bisa merusak.

Aku belajar darimu untuk selalu memberikan 100% effort terhadap apa saja yang kukerjakan. "Untuk hasilnya? Serahkan saja pada Tuhan. Selama kau memberikan semua usahamu yang terbaik, Tuhan tidak akan pernah mengecewakanmu. Tuhan selalu memberikan jalan yang terbaik," ucapmu saat itu.

Aku belajar darimu untuk tidak pernah meninggalkan ibadah wajib dan sunnah. "Percuma berusaha tapi tidak pernah berdoa."

Aku belajar darimu bagaimana meraih kesuksesan dari titik terbawah. "Ayo bangkit. Tunjukkan kalau kamu mampu. Ini hanya sebuah batu kerikil."

...
.......

Dan aku belajar darimu bagaimana memanggilmu dengan sebutan, "Ayah".
Terima kasih atas segala nasihatmu selama ini, Yah.
Tanpamu, mungkin aku masih mudah memberikan kepercayaanku kepada orang lain.
Tanpamu, mungkin aku masih menjadi anak manja yang selalu bergantung ke siapapun dan apapun.
Tanpamu, mungkin aku menjadi anak pemalas yang pernah ada di dunia ini.
Tanpamu, mungkin aku tak pernah menghadap Tuhan minimal lima kali sehari, bersimpuh di atas sajadah, terlindungi mukenah.
Tanpamu, mungkin aku tak akan pernah mencoba.
Tanpamu, mungkin aku tak menjadi aku yang sekarang.

***

I'm five years old
It's getting cold
I've got my big coat on
I hear your laugh
And look up smiling at you
I run and run
Past the pumpkin patch
And the tractor rides
Look now -- the sky is gold
I hug your legs and fall asleep
On the way home

I don't know why all the trees change in the fall
I know you're not scared of anything at all
Don't know if Snow White's house is near or far away
But I know I had the best day
With you today

I'm thirteen now
And don't know how my friends
Could be so mean
I come home crying and you hold me tight and grab the keys
And we drive and drive
Until we've found a town
Far enough away
And we talk and window-shop
Until I've forgotten all their names

I don't know who I'm gonna talk to
Now at school
I know I'm laughing on the car ride home with you
Don't know how long it's gonna take to feel okay
But I know I had the best day
With you today

I have an excellent father
His strength is making me stronger
God smiles on my little brother
Inside and out
He's better than I am

I grew up in a pretty house
And I had space to run
And I had the best days with you

There is a video
I found from back when I was three
You set up a paint set in the kitchen
And you're talking to me

It's the age of princesses and pirate ships
And the seven dwarfs
Daddy's smart
And you're the prettiest lady in the whole wide world

Now I know why all the trees change in the fall
I know you were on my side
Even when I was wrong
And I love you for giving me your eyes
Staying back and watching me shine

And I didn't know if you knew
So I'm taking this chance to say
That I had the best day
With you today

 (Taylor Swift - The Best Day)

Minggu, 02 September 2012

Bayang

For all the things that you said
For all the lines that we played
For all the very best dates

...
***

Seolah ada lampu sorot yang sengaja menyinari tubuhmu agar aku dapat dengan mudah menemukanmu, di antara berbagai pemilik punggung yang sedang berkumpul di tempat ini. Aku menangkapmu di pupil mataku, pula dirimu. Entah siapa yang terlebih dulu melempar senyum, kini yang aku tahu kita sudah duduk berdampingan di sebuah bangku kecil, jauh dari hingar-bingar band dan penontonnya.

"Maafkan aku," katamu.

"Untuk apa? Menculikku dari keramaian?"

Kamu tertawa. Renyah, mengingatkanku pada gigitan pertama di chocolate chip cookies kesukaanku.

"Karena baru sekarang menemukanmu. Bagaimana bisa aku tak mengenalimu selama tiga tahun kita bersama di sekolah yang sama?"

Aku tersenyum.

"Mungkin aku-yang-dulu tak memenuhi kriteriamu," jawabku.

Kamu tersenyum.

"Kamu banyak berubah," katamu.

"Kata-katamu barusan seolah kamu sudah memperhatikanku sejak lama, mengamati tiap perubahanku. Padahal...," sengaja kugantungkan kalimatku seraya melirikmu nakal.

"Maka ijinkan aku memperbaiki kesalahanku di masa lalu. Ijinkan aku mengenalmu."

Aku hanya bisa mengangguk saat sorot matamu yang teduh menerjang masuk ke pupil mataku, menyetrum syarafku, melebur menjadi satu di nadiku.

***

"Apa yang membuatmu berubah?"

"Karena aku lelah menjadi bayangan. Aku iri pada lampu sorot yang selalu menjadi tumpuan puluhan bahkan lebih pasang mata."

"Well, kamu berhasil. Kini kamu mendapatkan sorot mataku."

Aku tertawa mendengar perkataanmu.

"Gombal."

"Aku serius."

Lagi. Kamu berikan sorot matamu, melenyapkan segala aksara yang kuhafal. Kusandarkan kepalaku di bahumu, tempat paling teduh, menurutku. Kamu satukan jemariku dengan jemarimu, lalu mencium lembut punggung tanganku. Sisa malam itu kita lalui tanpa aksara, memberi kesempatan dua hati untuk melepas rindu dalam diam.

***

Tak ada lagi sorot matamu untukku. Tak ada lagi tempat paling teduh untuk ku bersandar. Tak ada lagi belahan jiwa yang melengkapi jemariku. Tak ada lagi pasang hati yang saling melepas rindu.

Kamu pergi membawa serta sorot matamu, meninggalkanku dalam gelap. Kelam.
Kini yang tersisa hanya sorot mataku, yang tertuju padamu. Hidup berputar, sekali lagi. Aku kembali menjadi bayang dari sebuah sorotan.

***

...
How could you do this to me
 

The things we did to stay sane
The walks we had in the rain
The places we used to hang
How could you do this to me

Oh well
Look at me now I’m falling in pieces
I don’t know what to do now
I’m lost within this fire
Oh well
Look at me now I’m falling in pieces
I don’t know what to do now
I’m lost within this fire inside me

(The Triangle - How Could You)

Kamis, 30 Agustus 2012

Electric Blue Pattern Scarf

Hey, bloghearts.

Kamu pasti punya banyak cara untuk mengalihkan perhatianmu dari hal yang membuatmu pusing, bahkan sedih. Termasuk saya juga. So, Senin kemarin saya mencoba berbagai scarf dan berkreasi dengannya. Gak banyak yang mau saya katakan kok. Mungkin foto-foto saya dapat menjadi donor darah baru supaya blog saya tetap hidup. Syukur-syukur kalau bisa menginspirasi kalian. I wear Electric Blue Pattern Scarf from Galeri Najihah. You can sending a friend request on Facebook. :)

Jumat, 27 Juli 2012

Gengsi

"Dia sudah sms?"

"Belum."

"Kapan terakhir kamu smsan ama dia?" tanyaku.

"Kemarin," jawabnya seraya memanyunkan bibirnya.

"Kenapa tuh mulut manyun? Kangen ya?"

Witta, pemilik bibir manyun sekaligus sahabatku itu, mengacak-acak rambutnya.

"Iya, banget. Tapi kenapa dia gak sms duluan sih?"

"Sms duluan sana kek. Gengsi ya?"

Witta mengangguk.

"Iyalah. Lagian bukannya nanti keliatannya aku ngarep banget?"

"Bukannya emang iya?"

Witta cemberut.

"Tar, kamu sahabatku apa bukan sih? Daritadi aku dipojokin mulu," keluh Witta sambil melempar pandangannya ke seluruh sudut cafe.

"Bukannya mojokin, tapi emang bener kan apa yang aku katakan semuanya? Kenapa sih gak mau sms duluan? Selain gengsi?"

"Aku takut nantinya aku semakin suka dia, semakin ngarepin dia. Iya kalo dia ngarep ama aku juga, kalo enggak? Aku bakal sakit hati. Kamu tahu aku capek sakit hati, Tar. Aku gak mau sakit hati lagi. Aku ingin lelaki yang jadi pasanganku kelak jadi yang terakhir untukku," jelas Witta serius.

"Wit, kita semua takut sakit hati. Tapi darimana kamu tahu bahwa hubunganmu akan berhasil atau tidak jika kamu gak nyoba buat jalanin hubungan itu? Pada akhirnya, sakit hati adalah resiko yang harus kita ambil."

Witta terdiam memandangku setelah mendengar perkataanku.

"Kamu marah?"

Witta menggeleng.

"Enggak. Yang kamu omongin bener kok, Tar," jawab Witta seraya tersenyum.

Kulihat dia mengambil HP-nya kemudian jarinya bermain di atas keypad HP-nya.

"Sini, aku pinjam HP-mu," pintanya.

"Untuk apa?" tanyaku seraya menyerahkan HP-ku padanya.

"Sms Yoga. Please, mau sampai kapan kalian betah gak smsan 3 hari gara-gara gak ada yang memulai?"

Tanganku buru-buru merebut kembali HP-ku dari tangan Witta, namun sepertnya aku kalah cepat. Kulihat pada sudah ada sms yang terkirim ke nomor Yoga.

Ga, lagi apa? :)


Minggu, 17 Juni 2012

Sehangat Serabi Solo #6



"Kamu datang?"

Dia menggeleng.

"Masih belum tau," jawabnya.

"Masih cinta?"

"Mungkin," jawabnya sambil mengedikkan bahunya. "Aku tak tahu pasti," lanjutnya.

"Lalu?"

"Lalu apa?"

"Gak ingin mencari tahu secara pasti? Apakah masih cinta atau tidak? Setelah mengetahuinya secara pasti, kamu akan tahu langkah apa yang harus kamu ambil selanjutnya," kataku ulang, memperjelas.

"Bagaimana caranya?"

"Dengan datang bersamaku," jawabku.

Aku menggeleng.

"Nanti aku diusir," jawabnya santai, lalu menggigit kecil serabi solo pesanannya yang masih hangat.

"Kan kamu datang denganku, tidak akan diusir," kataku.

Dia diam saja, menghabiskan sisa serabinya dalam diam. Setelah serabinya habis, dia mengambil sebuah kertas tebal yang sedari tadi ada di tanganku.

Yoga Permana
&
Friskasya Endah

 Hotel Kusuma Sahid Prince, Solo

"Aku tahu maksudmu baik, Gik. Tapi tanpa perlu menghadiri pernikahan itu pun aku tahu secara pasti seperti apa perasaanku sebenarnya. Cintaku padanya sehangat serabi solo yang baru saja kumakan," jelasnya.

"Kamu masih mencintainya?"

Dia tersenyum, menoleh ke arahku, dan tersenyum penuh arti. Senyum yang selalu membuatku jatuh hati.

"Dulu. Cintaku seperti itu. Hangat. Menggoda. Namun kamu tahu apa yang terjadi jika terlalu lama kamu membiarkan sesuatu yang hangat? Hangat itu memudar, Gik. Tergantikan oleh dingin. Seperti hangat itu, cintai tu memudar," lanjutnya.

"Datanglah bersamaku, kalau begitu," ajakku. Lagi.

Dia menggeleng, menyandarkan bahunya padaku, dan menggenggam tanganku.

"Kamu mau aku diusir istrinya?"

Dia tertawa pelan dan kemudian kembali memasang mimik serius.

"Kamu tahu kita tak akan pernah bisa lebih dari ini, Gik. Dia kakakmu. Lagipula, aku tak ingin menyakiti atau disakiti lagi oleh seorang Permana. Terima kasih sudah mengkhawatirkan aku," ucapnya.

Kontras dengan semua perkataannya, entah mengapa aku merasa dia tak setegar itu. Mungkin ini semua salahku, saat beberapa bulan yang lalu aku menyeretnya kembali ke kehidupan seorang Permana.


Sabtu, 16 Juni 2012

Sepanjang Jalan Braga #5


| 9 Juni 1995... |

Tangannya menggenggam erat tanganku.

"Aku ingin permen itu," pintaku seraya menunjuk ke seberang jalan dengan tanganku yang terbebas dari genggamannya.

"Tapi mama menyuruhku menjagamu di sini," katanya.

"Aku mau itu...," pintaku dengan nada memelas.

"Baiklah. Tapi kau tunggu di sini ya. Jangan kemana-mana."

Aku mengangguk. Kurapatkan tubuhku ke dinding toko makanan di belakangku. Kulihat dia sudah tiba di seberang jalan dan membawa dua permen gulali.

"Ini."

Aku menerima permen gulali itu dengan senyum lebar.

"Kau ini menyusahkan saja," ujarnya sambil ikut menikmati permen gulali miliknya.

"Terima kasih, Dito," kataku.


***

| 16 Juni 2012 |

"Finally! Jalan Braga! Kita bakal banyak dapat foto di sini!"

Aku tersenyum melihat reaksi sahabatku, Fira. My partner in crime, menyetujui ajakanku untuk kabur ke kota ini sebelum menghadapi ujian akhir minggu depan.

"Lu tau dari mana ada tempat seetnik ini? Internet?"

"Dulu aku pernah ke sini," jawabku.

"Oh ya? Lu pernah tinggal di Bandung?" tanyanya terkejut.

Aku mengangguk.

"Cuman sampe aku umur 5 tahun. Setelah itu, aku pindah ke Surabaya," jawabku.

"Aku hunting foto dulu ya mbaksist. Lu puas-puasin nostalgia deh," ujar Fira seraya berjalan pergi meninggalkanku sambil mengarahkan kameranya ke segala sudut bangunan tua di sini.

Mataku menangkap sosok bapak penjual permen gulali  beberapa meter di depanku Aku tersenyum. Aku berada di jalan yang tepat.

"Pak, permennya dua ya."

Sesosok laki-laki tiba-tiba muncul di hadapanku. Rambutnya dipotong cepak dan berwarna hitam. Kacamata dengan frame hitam menghiasi wajahnya.

"Ini, Mas Dito. Seperti biasa, ya?"

Laki-laki itu tersenyum dan menyebrang jalan setelah memberi uangnya kepada bapak penjual gulali. Tunggu, siapa namanya? Dito?

Mataku mengikuti kemana laki-laki itu pergi, ke sebuah kedai kopi tepat di seberangku. Deli's Coffee. 


Dia itu...


***




"Selamat datang di Deli's Coffee," sapa seorang pramusaji ketika aku masuk ke kedai kopi ini. Laki-laki itu tengah duduk seorang diri di sudut ruang. Tampak dua permen gulali yang dibelinya tadi diletakkan di atas sebuah piring kecil.

"Dito?"

Dia menoleh begitu mendengar sapaanku. Dahinya mengerut begitu melihatku.

"Siapa, ya?" tanyanya.

"Deli."

Aku tersenyum.

"Deli? Deli yang dulu itu? Sekecil ini?" tanyanya seraya mengira-ngira tinggiku saat itu dengan tangannya.

Aku mengangguk.

"Ya Tuhan! Kamu memang Deli yang itu. Senyummu masih sama ya?"

Dito bangkit dan memelukku erat. Sepertinya. Aku tak bisa membedakan siapa yang lebih rindu.

"Jadi, Deli's Coffee? Suatu kebetulan atau sengaja kamu menggunakan namaku?" tanyaku saat kami sudah duduk berhadapan.

"Aku sengaja melakukannya, agar kamu dapat menemukanku. See? Berhasil bukan?"

Aku mengangguk.

"Kamu cantik, Del. Lebih cantik dari terakhir kita bertemu dulu," katanya.

Aku tersipu.

"Jujur, aku sama sekali tidak ingat ama kamu. Yang kuingat hanyalah namamu, Dito. Dan kini melihatmu, aku mulai teringat Dito kecil yang dulu. Ya, aku mulai ingat semuanya."

Dito tersenyum kepadaku.

"Akhirnya kamu datang. Masih suka dengan permen gulali ini bukan?"

Dito memberikan satu permen gulali padaku.

"Tiap hari kau membeli permen ini? Dua biji?" tanyaku.

Dia mengangguk.

"Dan saat aku tak datang?"

"Aku memakannya semua," jawabnya sambil tertawa.

Aku ikut tertawa bersamanya. What a wonderful day! I finally found him!

***

"Del! Deli!"

Aku membuka mataku dan wajah Fira adalah gambar pertama yang berhasil kutangkap dengan jelas.

"Thank God! Kamu sakit, Del?" tanyanya.

Aku menggeleng dan melihat ke sekelilingku. Jalanan Braga. Masih di jalan ini. Aku duduk berselonjor dengan bersandar pada dinding sebuah toko.

"Kamu pingsan di sana."

Deli menunjuk ke arah sebuah bangunan usang. Aku masih bisa membaca tulisan di papan nama bangunan itu. Deli's Coffee.

Aku bangkit dan berlari menuju Deli's Coffee, tak menghiraukan tatapan orang-orang di sekitarku.

Dengan nafas tersengal-sengal akibat berlari, aku berusaha menerjemahkan semuanya. Deli's Coffee. Aku ada di depannya. Tapi tak sama seperti yang baru saja kualami barusan, bangunan ini berwarna kehitaman seperti bekas kebakaran.

"Deli! Kamu kenapa sih? Kata orang-orang, kamu tiba-tiba pingsan setelah menyebrang ke depan tempat ini," jelas Deli setelah berhasil menyusulku.

"Tadi aku gak pingsan, Del. Aku baru aja masuk ke dalam toko ini," kataku.

"Del, kamu pingsan. Dan gak mungkin kamu masuk ke toko ini. Toko ini kebakaran beberapa bulan yang lalu."

Aku menggeleng.

"Tadi aku ketemu Dito, Fir! Dito! Teman masa kecilku yang aku sendiri lupa wajahnya," jelasku.

"Toko ini kebakaran hebat beberapa bulan yang lalu dan pemiliknya ikut terbakar karena tidak sempat menyelamatkan diri."

Aku dan Deli menoleh ke pemilik suara. Bapak penjual gulali.

"Deli?" tanya bapak itu kepadaku.

Aku mengangguk.

"Dia selalu menunggumu sejak dulu di tempat ini. Dan memutuskan untuk mendirikan sebuah kedai kopi dengan namamu, berharap agar kamu menemukannya. Setiap hari dia membeli 2 gulali, untuk berjaga-jaga jika kamu menampakkan dirimu di sini."

Bapak itu memberi 2 gulali ke tanganku.

"Akhirnya kamu datang, Nak. Meski dia kini sudah berada di alam lain, bapak yakin dia masih tetap menunggumu. Bagaimana? Kamu sudah bertemu dia?"

Aku mengangguk perlahan. Bibirku bergetar mendengar semua perkataan bapak itu. Kulihat lagi kedua permen di tanganku. Masih sama seperti dulu.

Terima kasih, Dito. Terima kasih sudah menungguku.

***

| 9 Juni 1995|

"Dito, terima kasih ya sudah menjaga adik kecilnya."

Aku mengangguk.

"Ayo, Deli. Kita pulang. Jeng, kapan-kapan kita jalan lagi ya, sebelum aku ama suamiku pindah ke Surabaya," kata tante itu pada mamaku.

"Pasti, Jeng. Kabar-kabar aja kalo mau ketemu," timpal mama.

"Aku pulang dulu ya, Jeng. Dito, tante pulang duu ya. Ayo Deli, kita pulang."

Dan tante itu mengajak Deli pergi. Deli melambaikan tangannya ke arahku di pelukan perempuan itu. Aku membalas lambaiannya.

"Besok main lagi ya!" teriakku.

Dia mengangguk seraya tersenyum kepadaku. Senyum yang tidak akan pernah kulupakan.

-FIN-



Kamis, 14 Juni 2012

Blue Flower Shawl

I just bought blue flower shawl from @DressUpForLife. Totally love it! What do you think?


Jingga di Ujung Senja


Merah, tapi tak sepenuhnya merah. Kuning, tapi tak sepenuhnya kuning. Aku menyebutku Jingga, seperti jingga di ujung senja.

"Ini baru yang namanya surga, menikmati indahnya panorama sore bersama orang terkasih."

Aku menoleh, dan tersenyum.

"Dengan jagung rebus yang melumer manis di mulut ketika terkena gigit," lanjutku.

Yogi, namanya, tertawa.

"That's the reason why I love you. You complete me," ucapnya sambil terus melanjutkan menghabiskan sedikit demi sedikit jagung rebus di tangannya.

Aku merangkulkan tanganku ke lehernya dan berteriak, "Woooo!"

Keadaan di sekeliling kami seketika hening. Beberapa pejalan kaki menghentikan perjalannya, dan berhenti. Yang terdengar hanyalah deru mesin mobil-mobil yang lalu-lalang di belakang kami.

"Hahaha.." Yogi berusaha keras memperkecil volume tawanya. Begitu juga denganku.

"Gila," katanya.

"Thank you," timpalku.

"Kapan terakhir kita menikmati quality time berdua seperti ini?"

Aku terdiam.

"Aku lupa karena terlalu lama kita tidak seperti ini," jawabku.

Yogi mengangguk, setuju dengan jawabanku.

Aku memandangi wajahnya dari sudut mataku. Alisnya yang tebal. Sorot matanya yang tajam. Bibirnya yang tipis kala tersenyum. Masih sama seperti dulu.

"Why? Ada yang aneh?" tanyanya.

"Enggak. You're a handsome man," jawabku.

"Terima kasih. Bersyukurlah karena aku jatuh di orang yang tepat," katanya sambil merangkul bahuku.

Aku tersenyum. Getir.



***

|| Beberapa tahun silam . . . ||

"Yog, kenalin. Sahabatku dari Jakarta, Risa," ucapku sumringah memperkenalkan sahabat baruku pada Yogi, teman semasa kecil yang telah bertransformasi menjadi sahabat sejak dulu.

"Yogi."

"Risa."

Dan mereka berdua tersenyum satu sama lain. Aku pun tersenyum melihat kedua sahabatku ada di sisiku.

***

Kini baru aku tahu arti senyum mereka berdua kala itu.

"Len, dapat salam dari Risa. Dia minta maaf gak bisa ikut pulang ke Palembang. Kangen banget padahal," ucap Yogi setelah menutup teleponnya.

"I miss her too."

Aku tersenyum, dan menikmati sisa-sisa jingga yang tergerus hitamnya malam.

Yes, I'm a Jingga. Tanpaku, mereka tak akan bersatu. Jika tak ada Jingga, Merah dan Kuning tak akan pernah bersatu.




Rabu, 13 Juni 2012

Pagi Kuning Keemasan #2


Mataku fokus mencari sosok seorang gadis muda yang sangat kuhafal, tak sempat mengagumi pemandangan alam di sekitarku. Lautan luas dan kumpulan awan yang berjajar membentuk seolah siap menyambut sang mentari terlahir untuk kesekian kali. Semburat kuning keemasan mulai tampak. Aku menaikkan resleting jaketku. Masih membekas dingin semalam di pulau ini. Sinar mentari masih tak kuasa mengalahkannya.

Kupercepat langkahku menyusuri pantai, kembali fokus mencari gadis muda itu. Antara cemas dan kesal, aku tak juga menemukannya. Dia pasti termasuk rombongan yang tiba sebelum rombonganku. Siapa yang tak ingin menyaksikan sunrise selagi di Belitung? Apalagi gadis muda ini sangat menggilai sunrise. Selalu membuka jendela kamarku di pagi hari hanya untuk menikmati sunrise dari balik gedung-gedung tinggi ibu kota.

Mataku melebar kala aku menemukan sosok yang kucari.

"Monik!"

Dia menoleh dan seketika mulutnya menganga lebar melihatku.

"Kak! Ngapain di sini?"

Aku mendengus kesal saat dia melontarkan pertanyaan seperti itu.

"Otakmu jatuh tenggelam di lautan ya? Kamu gak tau gimana mama-papa cemas mikirin kamu yang ngilang tiba-tiba? Anak muda jaman sekarang kalo kemauannya gak diturutin, ngambeknya ekstrim ya? Kamu sama siapa ke sini? Sendirian? Nginep dimana?"

Monik tersenyum dan menggeleng.

"Sama teman-temanku, trus patungan nginep di hotel deket sini," jawabnya sambil menunjuk ke gerombolan anak muda yang lagi haha-hihi.

"Setelah sunrise, balik ke hotel, beresin bawaanmu, dan kita pulang ke Surabaya," kataku.

Monik tampak ingin membatah kata-kataku dan buru-buru kutambahkan, "Ini perintah dari mama-papa. Kalo kamu gak mau, siap-siap aja duit bulananmu dipotong."


Aku melangkahkan kakiku pergi ke sisi lain pantai, meninggalkan Monik yang masih kesal karena sikapku. Aku tak mengerti anak muda jaman sekarang. Mereka kira mereka sudah dewasa dan mandiri, tapi apa arti semua itu jika masih harus ada orang yang menjaga mereka? Bodoh ah. Seenggaknya urusan Monik kelar.

Aku tiba di sisi pantai yang sepi, tak banyak pengunjung yang mengambil spot di sini. Sang mentari perlahan namun pasti mulai memancarkan seluruh sinarnya ke bumi. Hangat. Mengingatkanku pada seseorang.

Mataku masih mengawasi Monik dari kejauhan, kala ada seorang perempuan yang berada di jalur penglihatanku. Perempuan yang sempat menjadi bagian hidupku beberapa tahun silam, hingga akhirnya berakhir karena kami tak kuasa menahan jarak yang membentang. Fina. Bukannya membuka mata, dia justru memejamkan matanya dengan senyum yang tersungging di wajahnya.

Aku suka sinar sunrise, Rik. Dia membasuh wajahku dengan lembut, kontras dengan air yang segar. Mereka seperti Yin & Yang. Berbeda, tapi melengkapi. Aneh, tapi aku suka.

Fina menoleh ke arahku, tersenyum. Tangannya melambai ke arahku, menyuruhku untuk menghampirinya.

I miss you, sunrise,” kataku.

I miss you too, sunshine. Every day,” bisiknya di telingaku. Kupejamkan mataku saat bibirnya mencium lembut pipiku dan saat kubuka mataku, dia menghilang tergantikan oleh udara kosong di hadapanku.

Teringat akan sesuatu, cepat-cepat kulihat jam di HP-ku. 13 Juni 2012. Hari jadi kami ke-7… jika dia masih hidup.


EPILOG

Aku tersenyum puas kala lelaki itu menemukanku. Kakakku yang tersayang. Aku tahu pasti dia bisa menemukanku dengan mudah di tempat ini. Pulau Lengkuas yang menjadi tempat favoritnya dengan Kak Fina.

Aku punya permintaan, Nik. Ajak kakakmu setiap tanggal 13 Juni ke Pulau Lengkuas, ya? Aku ingin dia tahu, bahwa aku akan selalu hidup di hatinya.


Itu pesan terakhir Kak Fina sebelum akhirnya dia menutup mata untuk selamanya. Tahun ketiga mulai terasa berat untuk mencari-cari alasan pergi ke tempat ini. Alhasil, aku harus pura-pura marah dan kabur ke tempat ini, karena aku tahu Kak Erik pasti akan menyusulku ke tempat ini. Aku menyukai sunrise sejak kepergian Kak Fina. Entahlah. Dia seperti meminjam tubuhku untuk membangunkan Kak Erik setiap pagi. Saat pagi tiba, aku bukanlah aku.

Senin, 11 Juni 2012

Menunggu Lampu Hijau #1


"Sorry telat."

"Namaku bukan telat. Indah."

Aku meringis mendengar jawabannya. Kuambil tempat di sampingnya.

"Iya. Sorry, Ndah. Gak bermaksud telat, tapi kendaraanku jalannya lambat," jelasku.

Indah memandangku heran.

"Emang lu naik apa?"

"Tuh," jawabku seraya menunjuk ke seberang kami berdua dengan daguku.

"Delman? Kemana emang motor lu?"

"Dipake adekku. Lagian aku rindu dengan semuanya yang ada di kota ini," jawabku seraya memejamkan mataku dan tersenyum.

"Najis. Kelamaan idup di Ibu Kota sih, budaya telat di diri lu makin merajalela. Gak malu ama Jam Gadang di depan lu ini? Setiap hari dia ngingetin kita buat on time."

Aku tertawa. Ini yang bikin kangen banget ama Indah. Omelannya sesuatu banget.

"Malah ketawa. Lu di sini sampe kapan?"

"Seminggu doang."

"Bentar banget."

Aku menangkap ada intonasi yang berbeda dari suaranya.

"Kenapa? Gak rela ya?" tanyaku sambil menempelkan telunjukku ke pipinya.

"Iya, aku gak rela."

Aku tertegun mendengar jawabannya, gak nyangka.

"Datang tiba-tiba, ilang juga tiba-tiba. Kasih kepastian gitu kek ke kita. Temenan, kagak. Pacaran, kagak."

Aku menghela nafas, kemudian menarik perlahan kepalanya untuk bersandar di bahuku.

"Belum saatnya, Ndah. Yang perlu kamu tahu adalah bahwa kamulah alasan tiap beberapa bulan sekali aku pulang ke Bukit Tinggi."

"Sampai kapan? Saat yang tepat itu kapan?"

Saat aku mendapat lampu hijau dari kekasihku, Ndah... untuk memutuskannya.


nb: click pictures to know the source of each picture. :3

Minggu, 10 Juni 2012

Revenge Season 1 | Serial TV Review

Saya baru saja selesai menonton episode terakhir Revenge Season 1 dan saya benar-benar speechless. Kalimat pertama yang terlintas di otak saya adalah "Penulisnya benar-benar hebat!"
Sejak awal menonton serial tv ini, saya sudah dibuat kagum bagaimana penulisnya membuat jalan cerita yang begitu menakjubkan! Dia tahu bagaimana harus menempatkan klimaks dan memberikan ending cerita yang sangat sangat sangat membuat penonton terpukau dan penasaran untuk menonton Revenge Season 2!

Para pemerannya pun benar-benar mahir berakting. Siapa sangka bahwa di dunia nyata, dua orang ini benar-benar menjalin cinta?


Dari 5 bintang, saya beri skor 5 penuh untuk serial ini! Worth watching tv series so far!

Jumat, 08 Juni 2012

Wonder-shawl-ful

Here some pictures of mine with my best friend, Urwatuz Zahara. It was a crazy night because it's her first time wore shawl like that. We went to theater to watched MIB 3. This movie has a unexpected anti-klimaks. Super duper love it! <3





Brown Cerruti Scarf

So, two days ago I tried to wear my scarf in 2 model of hijab. I love it so much.

- scarf bought from Labbaika HC -

What do you think?

Salah Satu Tips Move On

"Saat dirimu mencoba untuk move on, ajak sahabat-sahabatmu untuk melakukannya juga."

Seringkali sebagian besar dari kita, termasuk saya, lupa akan pihak-pihak lain yang terlibat dalam suatu hubungan percintaan. Keluargamu. Keluarganya. Sahabatmu.
Saya punya alasan kuat yang mendasari statement saya di atas.
Kemana dan pada siapa anda mengadu saat hubungan percintaan anda sedang mengalami masalah? Sahabat.
Kemana dan pada siapa anda menceritakan kencan pertama anda? Sahabat.
Kemana dan pada sapa anda saat sedang menyukai seseorang? Sahabat.
Jadi, saat anda ingin move on entah dari siapapun itu, yang sahabat anda ketahui, maka ajaklah sahabat-sahabat anda untuk ikut move on.
Tidak percaya? Saya beri contoh.
Anda : "Aku benar-benar harus move on. Ya, aku pasti bisa!"
 *Saat bertemu sahabat anda*
Teman : "Eh, si A lewat tuh. Ciye...."
 Anda : ". . . Sial, barusan aja move on"
*Beberapa waktu kemudian saat anda mulai move on*
Teman : "Eh, tau gak sih? Tadi aku ketemu si A di kantin lagi makan sama si B."
Anda : "Trus...?"
Teman : "Gak pengen nyusul dia ke kantin? Lumayan kan bisa ngecengin. Ciye....."
Anda : ". . ."
See? Pernah mengalami saat-saat seperti itu bukan? Jadi, saat anda memutuskan untuk move on dari orang terkasih, ajak serta sahabat-sahabat anda.

source : weheartit.com

Selasa, 05 Juni 2012

Yang Terbuang

Lama aku menantikan saat ini datang.
Saat dimana rasaku padamu hilang.
Mungkin benar dirimu bimbang.
Aku atau dirinya yang kamu sayang.
Tanpa perlu kamu mengucap kata, aku tahu bahwa dirikulah yang kau buang.

sumber: weheartit.com

Minggu, 29 Januari 2012

Aqoowh Bukan Alay | Book Review



Sebuah buku skenario berjudul 'Aqoowh Bukan 4alay' dari Mas Christian Pramudia / @christpramudia.

Ini untuk pertama kalinya, saya membaca sebuah buku dengan konsep skenario seperti ini. Saya mendapat pengetahuan baru tentang bagaimana menulis sebuah skenario. Dulu, saya kira nulis skenario itu sama seperti nulis tugas drama jaman SMP dan SMA gitu, ternyata saya salah besar. Mas Uchis memberikan kosakata baru tentang dunia per-skenario-an seperti Close Up, Cut Back To, Long Shot, Off Screen dan masih ada lagi yang lain.

Kisah di dalam buku ini menarik, apalagi dengan tokoh-tokohnya yang memiliki karakter unik. Latar belakang? Tentulah Negara Alay. Jika anda tidak lulus tes ke-alay-an, anda akan cukup dipusingkan dengan tulisan-tulisan alay di buku ini. Lain dengan saya yang pernah mengalami fase ke-alay-an beberapa tahun silam, saya kalem aja baca buku ini.

Menurut saya, ending-nya sedikit kurang greget dan sedikit disayangkan karena yang ditonjolkan hanya satu tokoh di dalam buku ini. Menurut saya, tokoh-tokoh yang lain juga tak kalah seru cerita hidupnya. Tapi selebihnya, buku ini cukup menghibur saya. Buku ini termasuk bacaan yang ringan. Boleh lah dijadikan selingan kegiatan kampus atau kantor yang padat.

I give 4 from 5 stars for this book!

ps: cukup klik gambar di atas untuk memesan buku ini via nulisbuku.com dan akun twitter Mas Uchis jika ingin sharing dengannya.