Cerita : Fiksi
Soundtrack : Kelly Clarkson - Because Of You
Durasi : 5-10 menit
Enjoy!
Rumah ini begitu kecil, namun segalanya teratur dengan apik, minimalis. Kala hujan turun, aku, kakak, ayah dan ibu kerap menghabiskan waktu bersama dengan menonton acara televisi yang menurutku sangat membosankan. Namun kebosananku sirna akan kehangatan yang terpancar dari kami, duduk berempat di sofa empuk berwarna kecoklatan, menyelonjorkan kaki, berbagi selimut yang sama, jajanan yang sama dan yang paling kusuka, gelak tawa yang sama.
Ya, rumah kecil yang hangat, siapa yang tak suka itu?
Namun kini yang kurasakan hanya dingin yang menggerogoti tubuh, perlahan membunuhku, mengambil jiwaku. Hangat itu telah hilang, tersingkirkan kekuatan dingin yang angkuh. Kucoba menghidupkan kembali hangat itu, namun nihil. Kucoba mencari sisa-sisa kehangatan yang tersisa, berharap dapat menumbuhkan kembali hangat itu, namun hingga ke sudut ruangan pun hangat itu tak dapat kutemukan.
Hangat itu hilang, semenjak ayah pergi. Ayah? Apa masih pantas aku memanggilnya ‘ayah’? Apa pantas orang yang pergi begitu saja, dengan wanita jalang tak tahu diri, tanpa mempedulikan anak-anak dan istrinya, kupanggil ‘ayah’? Lidahku kelu, seakan mendadak lupa bagaimana melafalkan sebutan itu.
Ah, ingin aku berteriak pada semua orang, bahwa aku membencinya. Aku tak peduli bila tanpa dia aku tak akan hadir di dunia ini, sungguh aku tak peduli. Untuk apa? Toh dia juga tidak mempedulikan anak, bahkan istrinya bukan? Dia tak peduli betapa hancurnya hati kami, betapa hancurnya hati ibu.
Rumah ini masih kecil, masih tertata tapi dan masih minimalis. Tapi tak ada hangat lagi seperti dulu. Pelukanku, kakak dan ibu tak cukup membuat rumah ini hangat. Aku benci mengakui ini, namun ada sesuatu yang hilang. Aku rindu kehangatan yang dulu bersinar dan terpancar di rumah ini. Aku kehilangan momen-momen indah itu.
Aku ingin dia, yang panggilannya tak bisa kulafalkan, kembali. Bukan untukku, bukan untuk kakakku, tapi untuk ibu. Aku mungkin hanya kehilangan suatu momen, tapi ibu kehilangan separuh jiwanya. Ibu telah memberikan seluruh cinta dan kasih sayang pada lelaki yang dulu bersedia menjadi imamnya, namun kini berubah menjadi lelaki tak bertanggung jawab. Tak kutemukan lagi kehidupan di kedua mata ibu kala aku memandangnya. Nanar, penuh luka, penuh derita. Aku ingin menghidupkan kembali kehangatan pancaran mata ibu. Dan demi ibu, aku ingin dia kembali.
Soundtrack : Kelly Clarkson - Because Of You
Durasi : 5-10 menit
Enjoy!
Rumah ini begitu kecil, namun segalanya teratur dengan apik, minimalis. Kala hujan turun, aku, kakak, ayah dan ibu kerap menghabiskan waktu bersama dengan menonton acara televisi yang menurutku sangat membosankan. Namun kebosananku sirna akan kehangatan yang terpancar dari kami, duduk berempat di sofa empuk berwarna kecoklatan, menyelonjorkan kaki, berbagi selimut yang sama, jajanan yang sama dan yang paling kusuka, gelak tawa yang sama.
Ya, rumah kecil yang hangat, siapa yang tak suka itu?
Namun kini yang kurasakan hanya dingin yang menggerogoti tubuh, perlahan membunuhku, mengambil jiwaku. Hangat itu telah hilang, tersingkirkan kekuatan dingin yang angkuh. Kucoba menghidupkan kembali hangat itu, namun nihil. Kucoba mencari sisa-sisa kehangatan yang tersisa, berharap dapat menumbuhkan kembali hangat itu, namun hingga ke sudut ruangan pun hangat itu tak dapat kutemukan.
Hangat itu hilang, semenjak ayah pergi. Ayah? Apa masih pantas aku memanggilnya ‘ayah’? Apa pantas orang yang pergi begitu saja, dengan wanita jalang tak tahu diri, tanpa mempedulikan anak-anak dan istrinya, kupanggil ‘ayah’? Lidahku kelu, seakan mendadak lupa bagaimana melafalkan sebutan itu.
Ah, ingin aku berteriak pada semua orang, bahwa aku membencinya. Aku tak peduli bila tanpa dia aku tak akan hadir di dunia ini, sungguh aku tak peduli. Untuk apa? Toh dia juga tidak mempedulikan anak, bahkan istrinya bukan? Dia tak peduli betapa hancurnya hati kami, betapa hancurnya hati ibu.
Rumah ini masih kecil, masih tertata tapi dan masih minimalis. Tapi tak ada hangat lagi seperti dulu. Pelukanku, kakak dan ibu tak cukup membuat rumah ini hangat. Aku benci mengakui ini, namun ada sesuatu yang hilang. Aku rindu kehangatan yang dulu bersinar dan terpancar di rumah ini. Aku kehilangan momen-momen indah itu.
Aku ingin dia, yang panggilannya tak bisa kulafalkan, kembali. Bukan untukku, bukan untuk kakakku, tapi untuk ibu. Aku mungkin hanya kehilangan suatu momen, tapi ibu kehilangan separuh jiwanya. Ibu telah memberikan seluruh cinta dan kasih sayang pada lelaki yang dulu bersedia menjadi imamnya, namun kini berubah menjadi lelaki tak bertanggung jawab. Tak kutemukan lagi kehidupan di kedua mata ibu kala aku memandangnya. Nanar, penuh luka, penuh derita. Aku ingin menghidupkan kembali kehangatan pancaran mata ibu. Dan demi ibu, aku ingin dia kembali.
0 komentar:
Posting Komentar