"Wanita itu bikin susah, lemah, apa-apa nangis, bikin males aja"
Tunggu. Siapa yang bilang kami seperti itu? Apa ada yang salah dengan sebuah tangisan? Tangisan bukan berarti kami itu kaum yang lemah. Itu adalah salah satu bentuk pelampiasan kami, agar hati kami kembali tenang. Sama seperti kalian, yang melampiaskan kekesalan kalian atau kekecewaan kalian dengan sebatang rokok atau lebih, dengan secangkir kopi, dan masih banyak lagi. Jadi, jangan menilai kami lemah hanya karna sebuah tangisan, karna sesungguhnya kami kuat.
Saat kalian melakukan kesalahan, entah itu disengaja ataupun tidak kalian sengaja, mulai dari kesalahan kecil sampai kesalahan besar seperti berselingkuh, kami dengan besar hati mengatakan : iya, aku maafin. tapi, aku mohon lain kali jangan seperti ini lagi ya? jaga perasaanku. aku sayang kamu. Kami tersenyum kepada kalian, meyakinkan kalian bahwa kami baik-baik saja, tapi sebenarnya di dalam hati ini sudah meraung-raung tidak karuan. Bahkan sepertinya senyuman yang kami berikan juga sekaligus meyakinkan diri kami sendiri bahwa semuanya baik-baik saja.
Kesempatan kedua kami berikan secara cuma-cuma kepada kalian. Padahal, kalau boleh jujur seperti di atas, hati kami sedih dan perih saat kepercayaan yang kami berikan kepada kalian, orang yang kami sayangi, justru malah menyia-nyiakannya. Namun, mungkin itulah yang dinamakan dengan kekuatan cinta, yang mampu menyulap tajamnya pisau menjadi selembut kapas.
Tapi apa? Seperti sebuah film yang diputar berulang kali di bioskop Trans TV, lagi-lagi, kesempatan kedua yang kami berikan secara cuma-cuma kepada kalian, kalian sia-siakan. Dan dengan mudahnya kalian hanya mengucapkan : maaf. Tidak tahukah kalian bahwa hati kami sudah teriris lebih dalam lagi dari sebelumnya? Tanpa sepengetahuan kalian, kami menangis malam itu. Semua tugas sekolah/kuliah kami pun terbengkalai, makanan yang disiapkan orangtua kami pun tidak kami sentuh. Begitu besarnya pengaruh kalian terhadap hidup kami, tapi yang ada kalian malah menghancurkan hidup kami.
Kami memang menangis, tapi, kami masih kuat! Tangisan hanyalah bentuk pelampiasan kekecewaan kami pada kalian. Dan ketiga kalinya, kami berikan kesempatan untuk kalian. Untuk kalian berubah. Kami usap airmata yang menetes di pipi, meyakinkan diri kami sekali lagi, bahwa semuanya akan berjalan baik-baik saja. Kami menghela nafas sejenak, menata hati yang sudah menunjukkan retak-retak di sekujur bagiannya dan tersenyum (lagi) kepada kalian. Mulai membicarakan hal-hal lain yang sejujurnya hanya ingin mengalihkan perhatian kami dari kesalahan-kesalahan yang kalian lakukan.
Tapi seharusnya dari awal kami menyadari, bahwa kalian tak akan pernah mengerti tulusnya kasih sayang dan cinta yang kami beri, karna lagi-lagi, kalian menyalah-gunakan kepercayaan kami. Ini bukan lagi sekedar film lama yang diputar berulang-ulang di Trans TV, tapi sudah seperti kaset rusak yang menampilkan sebuah adegan itu-itu saja, dan parahnya kaset itu tak bisa kami keluarkan dari dvd.
Kami menangis untuk kesekian kalinya. Kami kira kami akan hancur, tapi ternyata tidak, kami masih bertahan. Kami merenungkan segala sesuatu yang telah terjadi, mulai dari awal pertemuan kami dengan kalian, masa-masa indah kami dengan kalian sampai masa-masa suram kami dengan kalian. Kami mulai menimbang-nimbang, mengukur, segala kebaikan dan keburukan kalian. Sampai akhirnya kami menemukan suatu fakta, bahwa timbangan keburukan kalian lebih berat daripada kebaikan kalian.
Kami memang mencintai kalian, tapi kami tidak akan membiarkan cinta membutakan mata kami dari keburukan-keburukan kalian. Kami bangkit, mencoba membuka lembaran baru, menanti sosok lelaki yang lebih baik dari kalian, yakin bahwa Tuhan tak pernah tidur dan akan mendatangkan jodoh yang baik untuk kami.
Jadi, siapa bilang kami lemah? Salah jika kalian meremehkan kami hanya karna kami suka menangis. Tak sadarkah kalian, kami menangis karna siapa? Karna kelakuan kalian. Kalian boleh kuat secara fisik, tapi kami kuat melalui hati. Siapa yang bertahan bersama kalian, meskipun berulang kali kalian sakiti? Kami! Betapa kuatnya hati kami bukan?
Tapi maaf, kami punya batas kesabaran. Jika suatu saat ada salah satu dari kami pergi dari kehidupan kalian, dia bukannya lemah, tapi dia cukup kuat untuk meninggalkan kenangan-kenangan indah kalian berdua dan lebih memilih untuk menanti datangnya sosok lelaki yang lebih baik dari kalian.
Apa kalian melupakan sosok penting dalam kehidupan kalian yang termasuk dalam kaum kami? Lupakah kalian, kalian mempunyai seseorang bernama Ibu, Bunda, Umi, Mama, atau sebutan lainnya yang kalian gunakan untuk memanggilnya? Bukankah beliau sosok yang kuat? Dengan sabar menghadapi berbagai kenakalan kalian, dengan cemas menasehati kalian yang seringkali kalian menganggapnya cerewet?
Tapi, bukankah beliau kuat? Di balik pekerjaannya yang berat tiap harinya, beliau masih sempat mengurus kalian, tak pernah mengeluh sedikit pun. Jika beliau sedang jalan-jalan di sebuah pertokoan dan melihat roti kesukaan kalian, anak lelaki mereka, bukankah beliau akan dengan senang hati membelikan dan memberikannya pada kalian begitu tiba di rumah?
Jadi, sekali lagi, siapa bilang kami kaum yang lemah?