"Kamu terlalu baik buatku,"
Itu kalimat terakhir yang dia ucapkan padaku. Murahan. Ayolah. Apa aku tampak seperti perempuan polos yang sekian tahun hidup
di desa, tak tahu apa-apa dan nekat merantau ke kota kemudian bertemu
dengannya? Dengan teganya, -aku menduga dia tak punya hati-, dia melangkah meninggalkanku sendirian di restoran favorit kami berdua, dengan bill yang ternyata belum dia bayar. Lelaki macam apa pula dia? Tak tahu tata krama kah dia? Bisa dibilang, malam itu adalah malam terburukku. Diputusin, disuruh bayar bill, dan... AHA! dan terkatung-katung di jalanan raya menunggu kendaraan umum.
"El,"
Lamunanku mengabur, dan mataku kembali normal melihat wajah orang yang memanggil namaku, setelah sebelumnya mataku hanya menampakkan background hitam-putih masa lalu. Mataku terpaku menatap orang di hadapanku ini, bibirku tak bergerak, dan sepertinya aku hampir tak bisa merasakan nafasku sendiri.
"Troy," ucapku, akhirnya.
Troy, lelaki yang baru saja kulihat di proyektor mataku. Aku cukup terkejut dengan kehadirannya, yang ternyata mempunyai cukup nyali untuk menemuiku kembali, setelah peristiwa peninggalan-mantan-kekasih-beserta-bill beberapa bulan yang lalu itu.
"Ada apa? Mendadak sekali kau ingin bertemu denganku," ucapnya, setelah selesai memposisikan duduknya di kursi seberangku.
Aku menggeleng, dan tersenyum. "Tak apa. Tiba-tiba saja aku teringat denganmu saat kemarin melewatkan lunch dengan klien di restoran ini,"
"Teringat padaku?" tanyanya, mengulang kalimatku dan kemudian tersenyum lebar. "Ah, kau merindukanku, ya?"
Rindu? Seperti itukah perasaanku padamu? Mungkin. Ya, jika itu katamu.
Sebagai respon, aku hanya mengedikkan bahuku dan tersenyum manis padamu. Masih sama manisnya saat kau masih menjadi pasanganku. Masih sama manisnya saat kau meninggalkanku dengan alasan murahan itu. Dan masih sama manisnya saat ku tahu bahwa kau telah memiliki penggantiku, hanya selang dua hari setelah kau memutuskanku. Hebat. Aku masih bisa tersenyum manis. So proud of me!
Kemudian kau bercerita banyak tentang kehidupanmu setelah kepergianku. Oh, setelah kepergianmu dariku. Kau bilang kau menyesal telah meninggalkanku. Kau bilang kau tak bisa menemukan penggantiku, perempuan yang perhatian seperti diriku. Anehnya, kau bilang akulah yang terbaik.
Aku menggeleng tak percaya. "Bukankah alasan kau meninggalkanku saat itu, adalah aku terlalu baik untukmu?"
Kurasakan jemarimu menggenggamku perlahan. "Aku salah saat itu, El. Maafkan aku. Aku kangen kamu,".
Kubalas genggaman jemarimu di jemariku, dan tersenyum.
"Aku juga. Mengapa kita tak pulang ke apartemenmu saja, dan kemudian bernostalgia akan kenangan-kenangan manis kita berdua dulu?" tawarku padanya.
"Dengan senang hati, princess."
Ah, semudah inikah untuk kembali ke pangkuan seorang Troy? Aku mengutuk diriku mengapa tak sejak dulu melakukan hal ini. Mengapa menunggu hampir setahun untuk mengumpulkan keberanian bertemu Troy? Sudahlah, toh kini aku sudah berada di mobilnya, meluncur ke apartemennya.
"Welcome back, princess,".
Troy membukakan pintu, kemudian membungkuk dan tangannya menyilakanku masuk ke dalam apartemennya. Kuedarkan mataku. Tempat ini masih sama seperti dulu, tidak ada yang berubah. Keringat dingin mulai kurasakan di tubuhku, dan jantungku berdegup cepat.
"I miss you," ucap Troy di daun telingaku, seraya menarikku ke dalam pelukannya. Aku hanya tersenyum malu mendengarnya. Ini saatnya.
JLEB!
Troy terdiam dan hanya menatapku tak percaya. Tangannya kini memegang perutnya, yang tertancap sebuah pisau belati.. milikku.
"Kenapa, El?" tanyanya di sela-sela rintihan kesakitannya.
"Seperti itulah sakit yang kurasakan setahun ini, Troy. Ya, aku merindukanmu. Aku tak sabar untuk bertemu denganmu. Tapi sepertinya, konsep rindu milik kita berdua berbeda."
Tawaku memecah keheningan malam ini. Kuambil tas genggamku dan segera melangkah keluar dari apartemennya.
"Goodnight, Troy. Sleep tight."
0 komentar:
Posting Komentar