Sabtu, 21 Januari 2012

Senyum Untukmu yang Lucu #10

"You have a flat face," ucap Karin, sahabatku.

"Maksudmu?" tanyaku, tak mengerti. Pertanyaannya cukup membuat aktivitasku terhenti, meninggalkan begitu saja laporan-laporan yang sengaja kubawa untuk kucicil di kedai kopi ini.

"Wajahmu datar. Mata sendumu yang kamu gunakan untuk menatap apapun, bibirmu yang hampir seperti sebuah underline di keyboard, dan pipimu yang tak pernah terangkat sumringah. Kamu itu datar," jelasnya.

Lalu aku tersenyum. "Aku tersenyum 'kan?"

Karin mengangguk. "See? Kamu jauh lebih menarik jika banyak tersenyum seperti itu. Orang-orang akan tertarik padamu, bukan malah ngelipet-lipet wajah kayak baju yang selesai disetrika. Orang tidak antusias pada orang-orang berwajah muram sepertimu."

"Aku menyimpan senyumku untuk orang-orang terdekatku. Untuk apa aku tersenyum pada orang lain? Orang yang bahkan sedang berjalan aja tetep fokus ama Blackberyy, Ipad dan sejuta gadget lainnya. Aku tidak mau bersusah payah ramah terhadap orang-orang seperti itu," jawabku.

Karin terdiam. "Seenggaknya, kalo kamu senyum, kamu selangkah lebih dekat dengan jodohmu. Bisa aja 'kan, di saat tak terduga, lelaki yang memang ditakdirkan menjadi jodohmu, melihat senyummu dan kemudian beberapa bulan kemudian dia menjadi suamimu?"

Aku menghela nafas. "Intinya, aku senyum biar dapat jodoh 'kan? Udahlah, I'm fine anyway. Being single is great. I've learned how to stand alone for anything. Gak ngerepotin banyak orang."

"Aku ingin kamu bahagia. Aku ingin ada yang nemenin kamu. Hampir semua teman kita sudah menikah."

"Dan kamu juga akan menyusul mereka. Sudahlah, jangan memasang wajah sedih seperti itu. Kayak baru kenal aku cuman sehari aja. Emang aku bakal nangis bombay gitu jadi satu-satunya perempuan yang belum menikah di antara teman-teman kita? You should prepare your wedding party. Don't worry about me, I'm totally fine. I will find him."

Aku terdiam. Ada jeda.
"He will find me." Aku tersenyum melihat Karin yang menunjukkan tanda-tanda akan menangis karena terharu.

***

Mataku berhenti di salah satu pengunjung toko buku saat itu. Lelaki itu memakai bando merah muda di kepalanya. Tangannya memegang jari-jari  mungil milik seorang gadis kecil. Dapat kulihat dari ekspresi wajahnya yang merah padam, malu yang dia rasakan sudah tak terbendung. Tiap dia akan melepas bando-mencolok-mata itu, gadis kecil itu mulai menunjukkan tanda-tanda akan menangis. Dengan berat hati, dia memasangnya lagi. Begitu seterusnya. Kontras dengan gadis kecil yang tersenyum bahagia melihat deretan buku anak-anak.

"Kak, aku mau buku itu. Ah, ini juga bagus." Gadis kecil itu tampak antusias memilih buku.

Tiba-tiba pandangan kami bertemu. Aku dan lelaki itu, dan dia tersenyum malu padaku.

Tunggu, kenapa dia tersenyum padaku? Kuraba pipiku. Andaikan Karin tahu, dia pasti akan tertawa bahagia. For the first time, I smile to a strange man who wear a pink head craft. Dan sialnya Karin benar. Lelaki itu kini menjadi suamiku.

picture source: weheartit.com

5 komentar:

Tammy mengatakan...

Klo jodoh emang suka ada sinyal2nya. Sampai yang jarang senyum aja jadi bisa senyum :)

Rachma I. Lestari mengatakan...

Hehe iyaa. Belajar lebih banyak tersenyum de, tapi kalo tiap saat senyum juga bahaya :P

latree mengatakan...

komedi romantis :)

Rachma I. Lestari mengatakan...

Makasiii ;)

Anonim mengatakan...

ih, beruntung begitu dikata sial *jitak si aku* manis euy! :D

Posting Komentar