Jemari kita bertautan, kau menuntunku berjalan, menuju tempat yang masih enggan kau katakan padaku. Jemarimu terasa kuat menggenggam jemariku, seakan takut aku akan kehilangan jejakmu.
"Kita sudah sampai."
Aku mengedarkan pandanganku. Kita berada di sebuah tempat, yang menurutku tidak pernah dijamah orang. Rumput ilalang mengelilingi tempat ini, seolah menjadi benteng perlindungan tempat ini, tempat rahasia. Sepertinya.
"Tempat apa ini?" tanyaku, penasaran. Kau melepaskan tautan jemarimu dariku, dan berjalan berkeliling ke area ini.
"Tempat favoritku." Pandanganmu menerawang jauh, dan mendadak seperti membawamu ke dimensi lain, meninggalkanku.
Aku terdiam. Perlahan, aku berjalan mendekatimu. Kau masih diam. Matamu masih menelanjangi panorama di tempat kita berdiri. Seperti inikah tempat favoritmu? Mengapa ini menjadi tempat favoritmu? Apa yang spesial di tempat ini?
"Dulu, aku dan mantanku pernah datang ke tempat ini. Dan sejak saat itu, aku sangat menyukai tempat ini. Tapi, entahlah. Keadaan saat ini begitu berbeda dibanding saat itu," lanjutmu.
Oh, karena diakah tempat ini menjadi tempat favoritmu? Bisa kulihat dia di matamu. Pantas saja kau seakan sibuk mencari-cari sesuatu tadi, mencari-cari sisa kenangan dan bayangmu bersama dia di sini.
"Baiklah, ayo pulang."
Dalam diam aku mengikutimu, kontras dengan hatiku yang kalut. Entah kenapa, mulutku tak bergerak sedikitpun untuk memprotesmu dan hanya mengikuti permainanmu. Hanya saja.. tak kusangka dia, yang dulu meninggalkanmu, masih berharga di hidupmu.
***
Lagi. Kau mengajakku ke tempat ini lagi. Berkali-kali dalam sebulan ini. Aku tak tahan.
"Untuk apa sebenarnya kau mengajakku ke tempat ini? Ingin berbagi denganku tentang kenanganmu bersamanya? Tidak, terimakasih," ucapku sarkastik, dan masih mengikutimu dari belakang.
Langkahmu terhenti. "Maksudmu apa?"
"Untuk apa kau mengajakku ke tempat yang pernah menjadi kenanganmu dengan dia?"
Kamu terdiam menatapku, dan kemudian tertawa lirih. Dengan lembut kamu membelai rambutku. "Selama ini kamu salah paham, sayang. Mari, ikut aku. Akan kutunjukkan sesuatu padamu."
Aku masih mengikutimu, tak mengerti.
"Inilah yang selama ini ingin kutunjukkan padamu."
Aku terpana. Begitu banyak bintang yang berpijar di langit. Indah.
"Selama beberapa minggu ini, mendung selalu merebut bintang dari kita. Aku ingin menunjukkan bintang-bintang ini padamu dan seperti inilah. Indah bukan?"
Aku mengangguk. "Lalu, dia?"
Kamu menoleh dan tersenyum. "Aku memang pernah mengajaknya ke sini, namun dia tak pernah lagi mau ke sini. Seram dan kotor katanya. Dan, hei, lihatlah kamu. Bertahan mengikutiku menerjang rumput-rumput ilalang tadi, tak takut baju dan sepatumu kotor oleh tanah."
Aku tersenyum, lega. Jadi karena itu...
"Kamu tahu, mengapa aku jatuh hati padamu? Karena kamu bersinar, seperti mereka." Telunjuk kananmu menunjuk ke arah bintang-bintang itu, dan jari-jari kirimu menggenggam tanganku. Pipiku bersemu merah.
5 komentar:
so sweet..... *a la iklan operator telpon*
Iyaa, sweet banget :))
Hihihi, efek nonton WGM nih ;)
Romantis! :) Eh, WGM film apa tuh?
WGM itu variety show We Got Married di korea. Artis-artis yang pura-puranya nikah, dan romantis banget. :)
Posting Komentar