Menurut kacamata orang lain,
tubuhmu kurus, tak berlekuk, seperti tiang listrik di depan rumahku.
Menurut kacamataku, kamu seperti
Ade Rai dengan six packs dan tubuh
kekarnya.
Menurut kacamata orang lain, kamu tampak weird karena berhasil menyelesaikan sebagian
besar soal yang diberikan.
Menurut kacamataku, kamu tampak sexy saat berusaha mengingat materi yang
telah diberikan sebelumnya. Dahimu mengerut, bola matamu berputar ke atas dan
ke samping, serta bibirmu yang sedikit membuka. It’s so sexy.
Menurut kacamata orang lain, kamu adalah lelaki
dari negeri antah berantah, dengan kemeja biru kusam dan jeans belel.
Menurut kacamataku, kamu adalah lelaki yang
diturunkan oleh Tuhan ke bumi, untuk membiusku seperti saat ini. Kemeja biru
kusam dan jeans belel? Ah, itu kedokmu bukan? Kamu malaikatku ‘kan? Karena setiap
senti kulitmu mengeluarkan cahaya, seperti Edward Cullen. Tunggu, kamu bukan
vampir ‘kan? Kamu bisa membaca pikiranku?
Menurut kacamata orang lain, model rambutmu was so out of date.
Menurut kacamataku, mereka buta. Model rambutmu,
ikal dengan sedikit poni di dahimu, jambang yang kau biarkan tumbuh dan alis
tebalmu. Just like a Hollywood star!
Menurut kacamata orang lain, suara kecap yang
muncul kala mulutmu mengunyah bekal makan siangmu, seperti suara petir di siang
hari. Mengganggu.
Menurut kacamataku, suara kecapmu seperti sebuah
not-not balok yang kemudian melebur menjadi sebuah melodi indah di telingaku.
Menenangkan.
Menurut kacamata orang lain, kamu terlihat sombong
dengan mengeluarkan buku-buku tebal, membolak-balik halamannya dan matamu
bergerak kiri ke kanan, membaca tiap kata demi kata di lembar itu.
Menurut kacamataku, kamu terlihat bertanggung jawab
dengan mengeluarkan buku-buku tebal, dan melakukan hal itu semua. Bertanggung
jawab pada masa depanmu, memperkecil peluang kegagalanmu dengan mengingat lagi
materi yang akan dikeluarkan di tes ini. Oooh, maukah kau menjadi pendamping
hidupku saja? Bertanggung jawab pada hidupmu saja kau mampu, apalagi
bertanggung jawab pada hidup kita berdua kelak?
Menurut kacamata orang lain, bau tubuhmu tak lebih dari
sebuah wewangian murahan yang bisa didapatkan di toko-toko parfum terdekat.
Menurut kacamataku, bau tubuhmu seperti sebuah wewangian
mahal, limited edition dan pantas
diperjuangkan untuk mendapatkannya. Bau tubuhmu masih melekat di kedua lubang
hidungku, bahkan saat kau sudah mencapai mejamu. Seperti asap sate. Bukan
maksudku baumu seperti sate, namun saat tubuhku terkena aroma tubuhmu, aroma
tubuhmu melekat erat di setiap helai pakaianku. Sama seperti saat aku menembuh
segumpal asap sate di tengah jalan kemarin.
Menurut kacamata orang lain, perempuan yang
menghampirimu, mencium pipi dan menggenggam jemarimu saat tes berakhir, adalah
kekasihmu.
Menurut kacamataku, aku tak menangkap sosok
perempuan itu di lensaku.
Karena memang hanya ada kamu di kacamataku.
Jadi, apakah aku harus mulai berjalan ke arahmu,
menegurmu dan bertanya, “Halo, siapa namamu?”
*pictures source : weheartit.com
5 komentar:
bagus ff-nya :D
suka kalimat ini : Oooh, maukah kau menjadi pendamping hidupku saja? Bertanggung jawab pada hidupmu saja kau mampu, apalagi bertanggung jawab pada hidup kita berdua kelak?
huhuhu... kode banget...
Thankyou...
Waktu nulis kalimat itu berasa, "ini lagi nulis ff apa lagi gombal?"
Hehe
suka :)
Thankyou :*
kalau lg suka sama orang, memang si orang tersebut jd keliatan lebih "indah" dan "ganteng" dari kacamata sendiri :) #pengalaman. hahaha
maniiiiss ff-nya :)
Posting Komentar